Rabu, 11 Juni 2014

Kajian Sintaksis



ASPEK RETORIK KALIMAT EFEKTIF
Ika Fransiska Dewi
Universitas Pendidikan Ganesha

Abstrak
Kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalimat dikatakan efektif jika kalimat tersebut mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung secara sempurna, artinya, informasi yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran si penerima, persis seperti yang disampaikan atau dimaksudkan si penutur. Kalimat efektif dapat dikenali lewat ciri-cirinya (aspek retorik) : keutuhan (kesatuan), kesejajaran, kehematan, dan variatif.
Kata Kunci: kalimat efektif, aspek retorik
Abstract
Effective sentence is a sentence that can appropriately express the idea of ​​the wearer and can be understood by the listener / reader is right anyway. Effective sentence if the sentence is said to be able to make the delivery and acceptance process that takes place is perfect, that is, the information submitted is reflected fully in the mind of the recipient, which is presented exactly as intended or the speakers. Effective sentence can be recognized through its features (rhetorical aspect): wholeness (unity), alignment, effectiveness, and varied.
Key Word : effective sentence, rhetorical aspect

PENDAHULUAN
Setiap orang memerlukan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa  itu berisi pikiran, keinginan, dan perasan yang ada pada diri pembicara atau penulis. Apabila seseorang ingin berbahasa dengan meyakinkan dan dengan cara menyenangkan, kalimat yang digunakan harus ditata secara efektif. Artinya, kalimat yang digunakan itu tepat mengenai sasaran dan dapat mendukung maksud yang jelas agar apa yang dipikirkan, dirasakan, atau diinginkan itu dapat diterima oleh pembaca dan pendengar. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Menurut Sudiara (2008 : 22), kalimat dikatakan efektif jika kalimat tersebut mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung secara sempurna, artinya, informasi yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran si penerima, persis seperti yang disampaikan atau dimaksudkan si penutur.
Mustakim (1994 : 85) berpendapat bahwa kalimat efektif merupakan suatu jenis kalimat yang dapat memberikan efek tertentu dalam komunikasi. Efek yang dimaksudkan dalam hal  ini adalah kejelasan informasi. Dapat pula dikatakan kalimat efektif itu adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainnya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994 : 86).
Kalimat efektif dapat dikenali lewat ciri-cirinya (aspek retorik) : keutuhan (kesatuan), kesejajaran, kehematan, dan variatif. Pemakai bahasa umumnya beranggapan bahwa kalimat yang efektif adalah kalimat yang singkat dan hemat. Anggapan tersebut tentu tidak seluruhnya benar. Kehematan memang menjadi salah satu ciri keefektifan sebuah kalimat. Meskipun demikian, hal itu tidak berarti bahwa kalimat yang panjang tidak dapat disebut sebagai kalimat efektif. Jika memang informasi yang diungkapkannya jelas, mudah dipahami, dan tersusun sesuai dengan kaidah yang berlaku, betapapun panjangnya sebuah kalimat tetap dapat disebut kalimat yang efektif. Dalam kaitan dengan itu pada makalah ini akan dijelaskan secara rinci kriteria atau aspek retorik kalimat efektif beserta contoh-contohnya agar para pemakai bahasa mampu berkomunikasi lebih efektif.
Tidak hanya dalam peristiwa komunikasi, dalam karangan ilmiah sering juga dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas aspek retorik atau ciri-ciri kalimat efektif.

PEMBAHASAN
Aspek Retorik Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki pola dan struktur yang sederhana serta pola informasi yang langsung, biasanya informasi yang disampaikan bersifat tunggal (Suwarna, 2012 : 19). Segala sesuatu yang dipahami pendengar adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pembicara, itulah hakikat pesan dalam kalimat efektif. Fungsi utama kalimat efektif  adalah digunakan oleh orang untuk berkomunikasi. Dalam setiap komunikasi, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Hal tersebut dikarenakan dalam komunikasi ada dua belah pihak yang terlibat yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator adalah orang yang menyampaikan informasi, sedangkan komunikan adalah orang yang menerima informasi. Penyampaian dan penerimaan informasi akan berlangsung sempurna apabila informasi yang disampaikan akan tergambar lengkap dalam pikiran si penerima persis dengan yang disampaikan. Untuk mencapai kesempurnaan dalam berkomunikasi haruslah menggunakan kalimat efektif. Kalimat efektif dapat dikenali atau diidentifikasi melalui ciri-cirinya. Menurut McCrimmon (dalam Putrayasa, 2009 : 54) ciri-ciri kalimat efektif atau biasa disebut dengan aspek retorik kalimat efektif adalah sebagai berikut.
1.     Keutuhan (kesatuan)
Kalimat dikatakan utuh apabila kalimat tersebut mengandung satu gagasan pokok yang diwakili oleh subjek dan predikat. Kalimat yang efektif haruslah berupa kalimat utuh, sekurang-kurangnya harus mengandung unsur subjek dan predikat. Unsur-unsur tersebut harus dinyatakan secara eksplisit dalam sebuah kalimat. Menurut Mustakim (1994 : 90), agar kelengkapan kalimat dapat terpenuhi subjek pada awal kalimat hendaknya tidak didahului kata depan, predikatnya kalimatnya jelas, dan tidak terdapat penggalan bagian kalimat majemuk.
a.      Subjek Tidak Didahului Kata Depan
Menurut kaidah tata bahasa, sekurang-kurangnya kalimat harus mengandung unsur subjek dan predikat. Jika unsur subjek tidak ada, kalimatnya pun berarti tidak memenuhi kriteria kalimat efektif. Penyebab kalimat tidak bersubjek itu umumnya karena penggunaan kata depan pada awal kalimat. Kata depan seperti di, ke, dan, dari yang terletak pada awal kalimat dapat menghilangkan gagasan yang ingin disampaikan karena dengan adanya kata depan itu subjek kalimatnya menjadi kabur. Perhatikan contoh berikut.
(1)  Dari hasil penelitian di laboratorium membuktikan pewarna makanan ini tidak berbahaya.
Adanya kata depan dari yang mendahului subjek itu menyebabkan kalimat di atas tidak memberikan informasi yang jelas. Oleh karena itu, agar informasinya jelas dan kalimatnya pun menjadi efektif, kata depan itu harus dihilangkan. Dengan demikian, kalimat tersebut seharusnya diungkapkan menjadi sebagai berikut.
(1a) Hasil penelitian di laboratorium membuktikan pewarna makanan ini tidak berbahaya.
     Kata depan lain yang seharusnya tidak mengawali atau mendahului subjek adalah untuk, dengan, bagi, tentang, pada, mengenai, dan kepada.
b.     Predikat Kalimatnya Jelas
Kalimat yang tidak berpredikat juga tidak tepat disebut kalimat yang efektif karena unsur-unsurnya menjadi tidak lengkap (Mustakim, 1994 : 93). Perhatikan contoh pada kalimat berikut.
(1)  Salah satu logam yaitu akan memuai jika dipanaskan.
(2)  Wilayah yang akan dikembangkan menjadi kawasan industri misalnya Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Kata yaitu dan misalnya berfungsi untuk menjelaskan hubungan antara unsur sebelum dan sesudah kata itu. Keduanya tidak bersifat predikatif sehingga unsur yang terletak di belakangnya tidak dapat disebut sebagai predikat. Agar unsur di belakang kata itu menjadi predikat, yaitu harus diganti dengan kata lain yang bersifat predikatif, misalnya ialah atau adalah, demikian pula kata misalnya pada kalimat 2. Dengan demikian, perbaikan kalimat 1 dan 2 adalah sebagai berikut.
(1a) Salah satu ciri logam adalah akan memuai jika dipanaskan.
(2a) Wilayah yang akan dikembangkan menjadi kawasan industri, antara lain, adalah Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
c.      Bagian Majemuk Tidak Dipenggal
Dalam pemakaian bahasa sering ditemukan adanya bagian kalimat majemuk yang ditulis terpisah dari bagian sebelumnya.
Misalnya :
(1)  Pembangunan gedung itu belum dapat dilaksanakan. Karena dana yang diusulkan belum turun.
Kata karena sebenarnya merupakan penghubung intrakalimat atau penghubung yang fungsinya menghubungkan bagian-bagian di dalam sebuah kalimat, bukan menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Sebagai bagian kalimat, unsur yang diawali kata penghubung tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat. Sebaliknya, unsur yang disebut anak kalimat itu selalu tergabung dengan bagian kalimat yang lain, yang merupakan induk kalimatnya. Oleh karena itu untuk menjadikan kalimat tersebut efektif  bagian kalimat tersebut harus ditulis serangkai dengan bagian yang lain sehingga bentuknya menjadi sebagai berikut.
(1a) Pembangunan gedung itu belum dapat dilaksanakan karena dana yang diusulkan belum turun.
2.     Kesejajaran
Kalimat yang efektif juga harus mengandung kesejajaran antara gagasan yang diungkapkan dan bentuk bahasa sebagai sarana pengungkapannya. Kesejajaran itu dalam pemakaian bahasa cukup penting. Kesejajaran itu dapat dibedakan atas kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna.
a.      Kesejajaran Bentuk
Bentukan kalimat yang tidak tersusun secara sejajar dapat mengakibatkan kalimat itu tidak serasi. Salah satu penyebab ketidaksejajaran bentuk pada kalimat adalah penggunaan kata kerja pasif diusulkan yang dikontraskan dengan bentuk aktif menyetujui. Agar menjadi sejajar, bila bagian yang pertama menggunakan bentuk pasif, hendaknya bagian yang kedua pun menggunakan bentuk pasif. Sebaliknya, jika yang pertama aktif, berikutnya pun sebaiknya aktif. Contoh kalimat yang tidak sejajar adalah sebagai berikut.
(1)  Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pimpinan belum menyetujuinya.
Kalimat tersebut tidak sejajar karena bagian pertama menggunakan bentuk pasif dan bagian kedua menggunakan bentuk aktif. Agar menjadi kalimat efektif, kata kerja pada kalimat tersebut harus diseragamkan seperti berikut.
(1a) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui pimpinan.
b.     Kesejajaran Makna
Masalah yang sering dihadapi dalam penyusunan kalimat terutama yang menyangkut penataan gagasan, adalah masalah penalaran. Penalaran dalam kalimat merupakan masalah pokok yang mendasari penataan gagasan. Seperti diketahui, bahasa dan penalaran atau pola pikir pemakainnya mempunyai kaitan yang sangat erat. Jika pikiran pemakainya sedang kacau, misalnya, bahasa yang dipakainya pun cenderung akan kacau pula. Kekacauan itu dapat diketahui perwujudannya dalam susunan kalimat yang tidak teratur dan berbelit-belit. Bahkan, penalaran di dalam kalimatnya pun sering tidak logis. Hal itu, misalnya, dapat dilihat pada contoh berikut.
(1)  Dewan Keamanan PBB mengecam keras atas terjadinya pembunuhan 21 warga Palestina yang tewas dan 200 lainnya yang luka-luka.
Dalam memahami makna kalimat seperti itu pembaca/pendengar dituntut berpikir keras, bagaimana menghubungkan pembunuhan dengan warga yang tewas dan yang luka-luka. Dari segi penalaran, tampaknya tidaklah mungkin suatu pembunuhan dilakukan terhadap orang yang sudah tewas. Kesalahan semacam itu mungkin tidak disadari oleh pemakainya. Jika disadari, hal semacam itu tentu tidak perlu terjadi. Bahkan, ia akan mencermatinya sehingga menjadi seperti berikut.
(1a) Dewan Keamanan PBB mengecam keras atas terjadinya peristiwa yang mengakibatkan 21 warga Palestina tewas dan 200 luka-luka.
3.     Kehematan
Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan makna yang diacu (Putrayasa, 2009 : 55). Kehematan merupakan salah satu ciri kalimat yang efektif. Dalam penyusunan kalimat, kehematan ini dapat diperoleh dengan menghilangkan bagian-bagian tertentu yang tidak diperlukan atau yang mubazir. Hal itu antara lain berupa penghilangan subjek ganda, bentuk yang bersinonim, dan bentuk jamak ganda.
a.      Penghilangan Subjek Ganda
Kalimat majemuk bertingkat yang anak kalimat dan induk kalimatnya memiliki subjek yang sama dapat dihilangkan salah satunya. Subjek yang dihilangkan adalah yang terletak pada anak kalimat.
(1)  Sebelum surat ini dikirimkan, surat ini harus ditandatangani terlebih dahulu.
Kalimat tersebut akan lebih efektif jika diubah menjadi kalimat berikut.
(1a) Sebelum dikirimkan, surat ini harus ditandatangani terlebih dahulu.
b.     Penghilangan Bentuk yang Bersinonim
Dua kata atau lebih yang mendukung fungsi yang sama dapat menyebabkan kalimat tidak efektif, misalnya adalah merupakan, agar supaya,dan demi untuk. Oleh karena itu, pengefektifan kalimat semacam itu dapat dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu kata-kata tersebut.
c.      Penghilangan Makna Jamak yang Ganda
Kata yang bermakna jamak, seperti para, semua, segala,seluruh, beberapa, para, dan segenap, dapat menimbulkan ketidakefektifan kalimat yang digunakan secara bersama-sama dengan bentuk ulang yang juga bermakna jamak. Misalnya :
(1)  Semua data-data itu dapat diklarifikasikan dengan baik.
Agar lebih efektif, kalimat tersebut sebaiknya diubah menjadi sebagai berikut.
(1a) Semua data itu dapat diklarifikasikan dengan baik.
4.     Variatif
Kalimat yang efektif juga mengutamakan variasi bentuk pengungkapan atau gaya kalimatnya. Menurut Mustakim (1994 : 107), variasi bentuk pengungkapan dalam kalimat dicapai dengan menggunakan bentuk inversi, bentu pasif persona, variasi aktif-pasif, dan variasi panjang pendek. Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola kalimat yang sama akan membuat suasana menjadi monoton atau datar sehingga akan menimbulkan kebosanan pada pembaca (Putrayasa, 2009 : 65). Oleh sebab itu, dalam penulisan diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi. Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.
a.      variasi dalam pembentukan kalimat
Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan : (1)frase keterangan, (2)frase benda, (3)frase kerja, dan (4) partikel penghubung.
b.     variasi dalam pola kalimat
Untuk efektivitas kalimat dan untuk menghindari suasana monoton dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek-predikat-objek dapat diubah menjadi predikat-objek-subjek.
c.      variasi dalam jenis kalimat
Untuk mencapai kevariasian kalimat dapat pula mengubah kalimat berita menjadi kalimat tanya atau perintah agar tidak terkesan monoton.
d.     variasi bentuk aktif-pasif.
Untuk menjadikan kalimat bervariasi juga bisa dengan menggunakan kalimat aktif dan kalimat pasif.

PENUTUP
Simpulan
Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara sempurna. Artinya, informasi yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran si penerima, persis seperti yang disampaikan atau dimaksudkan si penutur. Fungsi utama kalimat efektif  adalah digunakan oleh orang untuk berkomunikasi. Dalam setiap komunikasi, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Hal tersebut dikarenakan dalam komunikasi ada dua belah pihak yang terlibat yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator adalah orang yang menyampaikan informasi, sedangkan komunikan adalah orang yang menerima informasi. Penyampaian dan penerimaan informasi akan berlangsung sempurna apabila informasi yang disampaikan akan tergambar lengkap dalam pikiran si penerima persis dengan yang disampaikan. Untuk mencapai kesempurnaan dalam berkomunikasi haruslah menggunakan kalimat efektif. Kalimat efektif dapat dikenali lewat ciri-cirinya (aspek retorik) : keutuhan (kesatuan), kesejajaran, kehematan, dan variatif.
Saran
Adapun saran penulis adalah dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang aspek retorik atau ciri-ciri kalimat efektif. Selain itu pembaca juga diharapkan untuk membaca referensi lain agar lebih mendalami. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau bahan referensi laporan yang lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Putrayasa, I.B. 2009. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung : PT Refika Aditama.
Sudiara, Seloka. 2008. Bahasa Indonesia: Antara yang Lazim dan yang Benar. Tidak Diterbitkan.
Suwarna, Dadan. 2012. Cerdas Berbahasa Indonesia: Berbahasa dengan Pemahaman dan Pendalaman. Tangerang: Jelajah Nusa.

1 komentar: