ASPEK RETORIK KALIMAT EFEKTIF
Ika Fransiska Dewi
Universitas
Pendidikan Ganesha
Abstrak
Kalimat
efektif merupakan kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalimat
dikatakan efektif jika kalimat tersebut mampu membuat proses penyampaian dan
penerimaan itu berlangsung secara sempurna, artinya, informasi yang disampaikan
tergambar lengkap dalam pikiran si penerima, persis seperti yang disampaikan
atau dimaksudkan si penutur. Kalimat efektif dapat dikenali lewat ciri-cirinya
(aspek retorik) : keutuhan (kesatuan), kesejajaran, kehematan, dan variatif.
Kata Kunci: kalimat efektif, aspek
retorik
Abstract
Effective
sentence is a sentence that can
appropriately express the idea of the wearer and can be understood
by the listener / reader is right anyway. Effective sentence
if the sentence is said to be able to make the delivery and acceptance
process that takes
place is perfect, that is,
the information submitted is reflected
fully in the mind of the recipient, which is presented exactly as intended
or the speakers.
Effective sentence can be recognized
through its features (rhetorical aspect): wholeness (unity),
alignment, effectiveness, and varied.
Key Word : effective sentence,
rhetorical aspect
PENDAHULUAN
Setiap
orang memerlukan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, dan perasan
yang ada pada diri pembicara atau penulis. Apabila seseorang ingin berbahasa
dengan meyakinkan dan dengan cara menyenangkan, kalimat yang digunakan harus
ditata secara efektif. Artinya, kalimat yang digunakan itu tepat mengenai
sasaran dan dapat mendukung maksud yang jelas agar apa yang dipikirkan,
dirasakan, atau diinginkan itu dapat diterima oleh pembaca dan pendengar.
Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat
efektif. Menurut Sudiara (2008 : 22), kalimat dikatakan efektif jika kalimat tersebut
mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung secara sempurna,
artinya, informasi yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran si
penerima, persis seperti yang disampaikan atau dimaksudkan si penutur.
Mustakim
(1994 : 85) berpendapat bahwa kalimat efektif merupakan suatu jenis kalimat
yang dapat memberikan efek tertentu dalam komunikasi. Efek yang dimaksudkan
dalam hal ini adalah kejelasan
informasi. Dapat pula dikatakan kalimat efektif itu adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah
tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas,
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan
tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan
bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainnya
secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit.
Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan kelengkapan
dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994 : 86).
Kalimat
efektif dapat dikenali lewat ciri-cirinya (aspek retorik) : keutuhan
(kesatuan), kesejajaran, kehematan, dan variatif. Pemakai
bahasa umumnya beranggapan bahwa kalimat yang efektif adalah kalimat yang
singkat dan hemat. Anggapan tersebut tentu tidak seluruhnya benar. Kehematan
memang menjadi salah satu ciri keefektifan sebuah kalimat. Meskipun demikian,
hal itu tidak berarti bahwa kalimat yang panjang tidak dapat disebut sebagai
kalimat efektif. Jika memang informasi yang diungkapkannya jelas, mudah
dipahami, dan tersusun sesuai dengan kaidah yang berlaku, betapapun panjangnya
sebuah kalimat tetap dapat disebut kalimat yang efektif. Dalam kaitan dengan
itu pada makalah ini akan dijelaskan secara rinci kriteria atau aspek retorik
kalimat efektif beserta contoh-contohnya agar para pemakai bahasa mampu
berkomunikasi lebih efektif.
Tidak hanya dalam peristiwa
komunikasi, dalam karangan ilmiah sering juga dijumpai kalimat-kalimat yang
tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara
lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau
bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud
kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan
kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas aspek retorik atau ciri-ciri
kalimat efektif.
PEMBAHASAN
Aspek Retorik Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang memiliki pola dan struktur yang sederhana serta
pola informasi yang langsung, biasanya informasi yang disampaikan bersifat
tunggal (Suwarna, 2012 : 19). Segala sesuatu yang dipahami pendengar adalah
sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pembicara, itulah hakikat pesan dalam
kalimat efektif. Fungsi utama kalimat efektif
adalah digunakan oleh orang untuk berkomunikasi. Dalam setiap
komunikasi, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan.
Hal tersebut dikarenakan dalam komunikasi ada dua belah pihak yang terlibat
yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator adalah orang yang menyampaikan
informasi, sedangkan komunikan adalah orang yang menerima informasi. Penyampaian
dan penerimaan informasi akan berlangsung sempurna apabila informasi yang
disampaikan akan tergambar lengkap dalam pikiran si penerima persis dengan yang
disampaikan. Untuk mencapai kesempurnaan dalam berkomunikasi haruslah
menggunakan kalimat efektif. Kalimat efektif dapat dikenali atau diidentifikasi
melalui ciri-cirinya. Menurut McCrimmon (dalam Putrayasa, 2009 : 54) ciri-ciri
kalimat efektif atau biasa disebut dengan aspek retorik kalimat efektif adalah
sebagai berikut.
1. Keutuhan
(kesatuan)
Kalimat
dikatakan utuh apabila kalimat tersebut mengandung satu gagasan pokok yang
diwakili oleh subjek dan predikat. Kalimat yang efektif haruslah berupa kalimat
utuh, sekurang-kurangnya harus mengandung unsur subjek dan predikat.
Unsur-unsur tersebut harus dinyatakan secara eksplisit dalam sebuah kalimat.
Menurut Mustakim (1994 : 90), agar kelengkapan kalimat dapat terpenuhi subjek
pada awal kalimat hendaknya tidak didahului kata depan, predikatnya kalimatnya
jelas, dan tidak terdapat penggalan bagian kalimat majemuk.
a. Subjek
Tidak Didahului Kata Depan
Menurut
kaidah tata bahasa, sekurang-kurangnya kalimat harus mengandung unsur subjek
dan predikat. Jika unsur subjek tidak ada, kalimatnya pun berarti tidak
memenuhi kriteria kalimat efektif. Penyebab kalimat tidak bersubjek itu umumnya
karena penggunaan kata depan pada awal kalimat. Kata depan seperti di, ke, dan, dari yang terletak pada awal kalimat dapat menghilangkan gagasan
yang ingin disampaikan karena dengan adanya kata depan itu subjek kalimatnya
menjadi kabur. Perhatikan contoh berikut.
(1) Dari
hasil penelitian di laboratorium membuktikan pewarna makanan ini tidak
berbahaya.
Adanya
kata depan dari yang mendahului
subjek itu menyebabkan kalimat di atas tidak memberikan informasi yang jelas.
Oleh karena itu, agar informasinya jelas dan kalimatnya pun menjadi efektif,
kata depan itu harus dihilangkan. Dengan demikian, kalimat tersebut seharusnya
diungkapkan menjadi sebagai berikut.
(1a) Hasil penelitian di laboratorium
membuktikan pewarna makanan ini tidak berbahaya.
Kata depan lain yang seharusnya tidak
mengawali atau mendahului subjek adalah untuk,
dengan, bagi, tentang, pada, mengenai, dan kepada.
b. Predikat
Kalimatnya Jelas
Kalimat
yang tidak berpredikat juga tidak tepat disebut kalimat yang efektif karena
unsur-unsurnya menjadi tidak lengkap (Mustakim, 1994 : 93). Perhatikan contoh
pada kalimat berikut.
(1) Salah
satu logam yaitu akan memuai jika
dipanaskan.
(2) Wilayah
yang akan dikembangkan menjadi kawasan industri misalnya Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Kata
yaitu dan misalnya berfungsi untuk menjelaskan hubungan antara unsur sebelum
dan sesudah kata itu. Keduanya tidak bersifat predikatif sehingga unsur yang
terletak di belakangnya tidak dapat disebut sebagai predikat. Agar unsur di
belakang kata itu menjadi predikat, yaitu
harus diganti dengan kata lain yang bersifat predikatif, misalnya ialah atau adalah, demikian pula kata misalnya
pada kalimat 2. Dengan demikian, perbaikan kalimat 1 dan 2 adalah sebagai
berikut.
(1a)
Salah satu ciri logam adalah akan
memuai jika dipanaskan.
(2a) Wilayah yang akan dikembangkan
menjadi kawasan industri, antara lain, adalah
Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
c. Bagian
Majemuk Tidak Dipenggal
Dalam
pemakaian bahasa sering ditemukan adanya bagian kalimat majemuk yang ditulis
terpisah dari bagian sebelumnya.
Misalnya
:
(1) Pembangunan
gedung itu belum dapat dilaksanakan. Karena dana yang diusulkan belum turun.
Kata
karena sebenarnya merupakan
penghubung intrakalimat atau penghubung yang fungsinya menghubungkan
bagian-bagian di dalam sebuah kalimat, bukan menghubungkan kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain. Sebagai bagian kalimat, unsur yang diawali kata
penghubung tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat. Sebaliknya, unsur yang
disebut anak kalimat itu selalu tergabung dengan bagian kalimat yang lain, yang
merupakan induk kalimatnya. Oleh karena itu untuk menjadikan kalimat tersebut
efektif bagian kalimat tersebut harus
ditulis serangkai dengan bagian yang lain sehingga bentuknya menjadi sebagai
berikut.
(1a) Pembangunan gedung itu belum dapat
dilaksanakan karena dana yang diusulkan belum turun.
2. Kesejajaran
Kalimat
yang efektif juga harus mengandung kesejajaran antara gagasan yang diungkapkan
dan bentuk bahasa sebagai sarana pengungkapannya. Kesejajaran itu dalam pemakaian
bahasa cukup penting. Kesejajaran itu dapat dibedakan atas kesejajaran bentuk
dan kesejajaran makna.
a. Kesejajaran
Bentuk
Bentukan
kalimat yang tidak tersusun secara sejajar dapat mengakibatkan kalimat itu
tidak serasi. Salah satu penyebab ketidaksejajaran bentuk pada kalimat adalah
penggunaan kata kerja pasif diusulkan yang dikontraskan dengan bentuk aktif
menyetujui. Agar menjadi sejajar, bila bagian yang pertama menggunakan bentuk
pasif, hendaknya bagian yang kedua pun menggunakan bentuk pasif. Sebaliknya,
jika yang pertama aktif, berikutnya pun sebaiknya aktif. Contoh kalimat yang
tidak sejajar adalah sebagai berikut.
(1) Program
kerja ini sudah lama diusulkan,
tetapi pimpinan belum menyetujuinya.
Kalimat
tersebut tidak sejajar karena bagian pertama menggunakan bentuk pasif dan
bagian kedua menggunakan bentuk aktif. Agar menjadi kalimat efektif, kata kerja
pada kalimat tersebut harus diseragamkan seperti berikut.
(1a) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui pimpinan.
b. Kesejajaran
Makna
Masalah
yang sering dihadapi dalam penyusunan kalimat terutama yang menyangkut penataan
gagasan, adalah masalah penalaran. Penalaran dalam kalimat merupakan masalah
pokok yang mendasari penataan gagasan. Seperti diketahui, bahasa dan penalaran
atau pola pikir pemakainnya mempunyai kaitan yang sangat erat. Jika pikiran
pemakainya sedang kacau, misalnya, bahasa yang dipakainya pun cenderung akan
kacau pula. Kekacauan itu dapat diketahui perwujudannya dalam susunan kalimat
yang tidak teratur dan berbelit-belit. Bahkan, penalaran di dalam kalimatnya
pun sering tidak logis. Hal itu, misalnya, dapat dilihat pada contoh berikut.
(1) Dewan
Keamanan PBB mengecam keras atas terjadinya pembunuhan
21 warga Palestina yang tewas dan 200 lainnya yang luka-luka.
Dalam
memahami makna kalimat seperti itu pembaca/pendengar dituntut berpikir keras,
bagaimana menghubungkan pembunuhan dengan
warga yang tewas dan yang luka-luka. Dari segi penalaran,
tampaknya tidaklah mungkin suatu pembunuhan dilakukan terhadap orang yang sudah
tewas. Kesalahan semacam itu mungkin tidak disadari oleh pemakainya. Jika
disadari, hal semacam itu tentu tidak perlu terjadi. Bahkan, ia akan mencermatinya
sehingga menjadi seperti berikut.
(1a) Dewan Keamanan PBB mengecam keras
atas terjadinya peristiwa yang mengakibatkan 21 warga Palestina tewas dan 200
luka-luka.
3. Kehematan
Kehematan
adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan
makna yang diacu (Putrayasa, 2009 : 55). Kehematan merupakan salah satu ciri
kalimat yang efektif. Dalam penyusunan kalimat, kehematan ini dapat diperoleh
dengan menghilangkan bagian-bagian tertentu yang tidak diperlukan atau yang
mubazir. Hal itu antara lain berupa penghilangan subjek ganda, bentuk yang
bersinonim, dan bentuk jamak ganda.
a. Penghilangan
Subjek Ganda
Kalimat
majemuk bertingkat yang anak kalimat dan induk kalimatnya memiliki subjek yang
sama dapat dihilangkan salah satunya. Subjek yang dihilangkan adalah yang
terletak pada anak kalimat.
(1) Sebelum
surat ini dikirimkan, surat ini harus ditandatangani terlebih dahulu.
Kalimat
tersebut akan lebih efektif jika diubah menjadi kalimat berikut.
(1a)
Sebelum dikirimkan, surat ini harus ditandatangani terlebih dahulu.
b. Penghilangan
Bentuk yang Bersinonim
Dua
kata atau lebih yang mendukung fungsi yang sama dapat menyebabkan kalimat tidak
efektif, misalnya adalah merupakan, agar
supaya,dan demi untuk. Oleh
karena itu, pengefektifan kalimat semacam itu dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan salah satu kata-kata tersebut.
c. Penghilangan
Makna Jamak yang Ganda
Kata
yang bermakna jamak, seperti para, semua,
segala,seluruh, beberapa, para, dan segenap,
dapat menimbulkan ketidakefektifan kalimat yang digunakan secara
bersama-sama dengan bentuk ulang yang juga bermakna jamak. Misalnya :
(1) Semua
data-data itu dapat diklarifikasikan dengan baik.
Agar
lebih efektif, kalimat tersebut sebaiknya diubah menjadi sebagai berikut.
(1a)
Semua data itu dapat diklarifikasikan dengan baik.
4. Variatif
Kalimat
yang efektif juga mengutamakan variasi bentuk pengungkapan atau gaya
kalimatnya. Menurut Mustakim (1994 : 107), variasi bentuk pengungkapan dalam
kalimat dicapai dengan menggunakan bentuk inversi, bentu pasif persona, variasi
aktif-pasif, dan variasi panjang pendek. Penulisan yang mempergunakan kalimat
dengan pola kalimat yang sama akan membuat suasana menjadi monoton atau datar
sehingga akan menimbulkan kebosanan pada pembaca (Putrayasa, 2009 : 65). Oleh
sebab itu, dalam penulisan diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi. Kemungkinan
variasi kalimat tersebut sebagai berikut.
a. variasi
dalam pembentukan kalimat
Dalam
variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan :
(1)frase keterangan, (2)frase benda, (3)frase kerja, dan (4) partikel
penghubung.
b. variasi
dalam pola kalimat
Untuk
efektivitas kalimat dan untuk menghindari suasana monoton dapat menimbulkan
kebosanan, pola kalimat subjek-predikat-objek dapat diubah menjadi
predikat-objek-subjek.
c. variasi
dalam jenis kalimat
Untuk
mencapai kevariasian kalimat dapat pula mengubah kalimat berita menjadi kalimat
tanya atau perintah agar tidak terkesan monoton.
d. variasi
bentuk aktif-pasif.
Untuk
menjadikan kalimat bervariasi juga bisa dengan menggunakan kalimat aktif dan
kalimat pasif.
PENUTUP
Simpulan
Kalimat
efektif merupakan kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara sempurna.
Artinya, informasi yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran si
penerima, persis seperti yang disampaikan atau dimaksudkan si penutur. Fungsi
utama kalimat efektif adalah digunakan
oleh orang untuk berkomunikasi. Dalam setiap komunikasi, setiap kalimat
terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Hal tersebut dikarenakan
dalam komunikasi ada dua belah pihak yang terlibat yaitu komunikator dan
komunikan. Komunikator adalah orang yang menyampaikan informasi, sedangkan
komunikan adalah orang yang menerima informasi. Penyampaian dan penerimaan
informasi akan berlangsung sempurna apabila informasi yang disampaikan akan
tergambar lengkap dalam pikiran si penerima persis dengan yang disampaikan.
Untuk mencapai kesempurnaan dalam berkomunikasi haruslah menggunakan kalimat
efektif. Kalimat efektif dapat dikenali lewat ciri-cirinya (aspek retorik) :
keutuhan (kesatuan), kesejajaran, kehematan, dan variatif.
Saran
Adapun
saran penulis adalah dengan adanya
makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang aspek
retorik atau ciri-ciri kalimat efektif. Selain itu pembaca juga diharapkan
untuk membaca referensi lain agar
lebih mendalami. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan
atau bahan referensi laporan yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Mustakim.
1994. Membina Kemampuan Berbahasa:
Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Putrayasa,
I.B. 2009. Kalimat Efektif (Diksi,
Struktur, dan Logika). Bandung : PT Refika Aditama.
Sudiara,
Seloka. 2008. Bahasa Indonesia: Antara
yang Lazim dan yang Benar. Tidak Diterbitkan.
Suwarna,
Dadan. 2012. Cerdas Berbahasa Indonesia:
Berbahasa dengan Pemahaman dan Pendalaman. Tangerang: Jelajah Nusa.
Semoga kajian ini bermanfaat.
BalasHapus